Saturday, May 11, 2019

Profil IMA Mental Aritmetika



Pada tahun 1976 seorang pemikir sekaligus pakar dari Taiwan bernama Chen Shi Cung, mengadakan suatu riset dan kompilasi mengenai perhitungan sempoa. Beliau mendapat hasil yang spektakuler dengan mengubah sempoa sistem “ Dua Lima “ yang telah biasa dipakai selama ratusan tahun menjadi sistem “ Satu Empat “. Salah satu muridnya, Leouw Cheng Fuo, kemudian berusaha mengibarkan bendera Sim Suan (sempoa, red) untuk pertama kalinya dengan nama Kok Chi Sim Suan (dalam bahasa Inggris : International Mental Arithmetic ) di kota Taipei. Pada perkembangan selanjutnya kota ini dipilih sebagai pusat pengembangan pendidikan mental aritmatika, dan kemudian meluas ke beberapa negara seperti Malaysia (1992), Australia (1993), Kanada (1994), Singapura (1995) Indonesia (1996), Thailand (1997) juga Hongkong dan Vietnam (1998). 

Di Indonesia IMA pertama kali dibawa dan diperkenalkan oleh Chen Kit Fong pada tahun 1996. Untuk pengembangannya, bersama Mr. Edi Chin pada tahun yang sama dibentuklah Yayasan IMA Indonesia, dengan surat izin operasional dari Depdikbud Nomor : 1410/101.39/L/96 tertanggal 22 Agustus 1996. Pada tahun pertama, IMA Indonesia berhasil membuka 11 cabang di wilayah DKI Jakarta. Memasuki tahun 1998 IMA Indonesia mulai melakukan ekspansi ke kota Bandung., sehingga jumlah cabang berkembang menjadi 32, dengan 25 cabang tersebar di Jabotabek dan 7 cabang lainnya di Bandung . 

Pada pertengahan tahun 1999 IMA Indonesia melebarkan sayapnya, dengan melakukan kerja sama dengan Suwiknyo untuk mengembangkan IMA di wilayah Jawa Timur dengan kota Surabaya sebagai pusatnya. Hingga tahun 2003, IMA Indonesia telah memiliki 80 Cabang di wilayah DKI Jaya dan sekitarnya, 25 Cabang di Jawa Barat dan 21 Cabang di Jawa Timur. Berturut-turut selanjutnya IMA Indonesia melakukan ekspansi di, D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah serta Kalimantan Barat.

Selain itu IMA Indonesia tergabung dalam PAMA (Pan Pacific Abacus Mental Arithmetic Association) yaitu Lembaga Mental Aritmetika bertaraf International.

No comments:

Post a Comment